Sebagaimana dialami oleh daerah lain di Jawa Barat, fenomena klasik yang selalu dialami oleh komoditas hortikultura terutama sayuran di Kabupaten Bandung adalah terjadinya fluktuasi harga yang cukup tinggi. Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh karakteristik produk sayuran yang perishable serta musiman juga pola tanam yang pada umumnya masih konvensional, sementara pola permintaan konsumsi relatif tetap.
Pola produksi musiman dapat dilihat dari adanya puncak tanam dan puncak panen sepanjang tahun. Puncak tanam sayuran di Kabupaten Bandung, seperti terlihat pada grafik terjadi pada bulan Februari–Maret dan Oktober-November, ini terjadi karena biasanya masih berlangsung hujan sehingga kebutuhan air bisa tercukupi.
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung membantu memfasilitasi beberapa kelompok tani sayuran dengan sarana irigasi lahan kering berupa irigasi sprinkle dan irigasi tetes juga bibit/benih serta sarana produksi lainnya. Dengan adanya fasilitasi ini diharapkan para petani mampu mengusahakan sayuran secara off-seasson atau pada saat dimana curah hujan kurang mencukupi, mereka tetap mampu melakukan penanaman.
Penanganan masalah kontinuitas dan fluktuasi harga sayuran juga dilakukan dengan mengembangkan kerjasama usaha antara petani sayur dengan kelompok usaha rumah kemasan, melalui kontrak harga di muka, serta membantu memfasilitasi dengan pengusaha.
Sedangkan dalam mengatasi masalah kualitas, upaya yang telah dilakukan adalah pemberian bimbingan teknis, fasilitasi peralatan pengolahan hasil, dan penerapan standar mutu.
0 komentar:
Posting Komentar