Pages

Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung / Bidang Hortikultura

Sabtu, 02 April 2016

Distanbunhut Kabupaten Bandung Bantah Marjinalkan Petani Stroberi di Pacira

PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Bandung dalam hal ini Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung membantah, pihaknya tidak ada upaya penyelamatan kepada para petani stroberi di Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali (Pacira), yang kini tengah mengalami masa paceklik.
Kepala Distanbunhut Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan, selama ini komunikasi antara pihaknya dengan para petani selalu berlangsung. Bahkan, Distanbunhut berkomitmen bersama dengan para pelaku di bidang pertanian stroberi, untuk tetap menjadikan Kabupaten Bandung sebagai daerah penghasil stroberi. Karena, kalau keterpurukan ini tidak diselamatkan, Pemerintah Daerah (Pemda) pun akan mengalami kerugian.
"Penurunan produksi stroberi ini , karena ada kerusakan sejumlah lahan pertanian stroberi di tiga wilayah itu. Diduga, akibat kejenuhan genetika tanaman serta serangan hama berupa nematoda (cacing), fungi (jamur, bakteri dan virus," ujar Tisna saat ditemui di ruang kerjanya, Kompleks Perkantoran Pemkab Bandung, Soreang, Rabu (2/3/2016).
Menurut Tisna, ini di antaranya disebabkan oleh penggunaan media tanam pohon stroberi yang tidak pernah diganti setelah dipakai bertahun-tahun. Kondisi tersebut, kata dia, menyebabkan kerentanan tanaman stroberi terhadap serangan penyakit atau hama. 
"Sejak tahun 80an stroberi mulai ditanam di Pacira. Sejak saat itu, bibitnya terus dikembangbiakan. Dengan cara vegetatif ini, keuntungannya memang adaptasi tanaman lebih baik, tapi kerugiannya bisa saja ada kejenuhan genetik," katanya.
Tisna menuturkan, enam tahun lalu pernah dilaksanakan program kerja sama dengan USAID dan Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk mengatasi permasalahan seputar pertanian stroberi dan pengembangan pertanian stroberi di Pacira. Saat itu, potensi pertanian stroberi di Pacira mencapai 420 hektar.
"Kami pun bekerja sama dengan Korea Selatan untuk mendapat bibit baru. Pernah diuji coba, tapi tidak cocok. Anggaran tahun ini ada untuk menyediaan 7.500 bibit pohon stroberi, untuk selanjutnya dikembangkan di seluruh Pacira," terangnya.
Selain mengupayakan pengadaan bibit stroberi baru, untuk mengatasi permasalahan stroberi di Pacira, pihaknya telah meminta Balai Perlindungan Tanaman (BPT) dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk turun tangan. Sampel pohon dan media tanam stroberi yang bermasalah pun telah diteliti dan siap diekspose.
"Dalam waktu dekat kami akan mengundang para tokoh pertanian stroberi untuk mendengarkan penjelasan mengenai penyebab rusaknya tanaman stroberi dari hasil penelitian balai. Kemudian akan dikemukakan juga bagaimana solusinya dan kami akan bertemu para petani awal pekan depan," tuturnya.
Berdasarkan data Distanbunhut Kabupaten Bandung, produksi stroberi di Kabupaten Bandung pada 2014 mencapai sebesar 51 ribu ton. Namun, terjadi penurunan cukup signifikan pada 2015, yakni menjadi 27 ribu ton.
"Memang dibutuhkan komunikasi yang kuat antara petani dengan pemerintah untuk meningkatkan produksi stroberi ini. Kami pun dari dulu berusaha terus mempertahankan pertanian stroberi, di antaranya dengan pemurnian benih," katanya.
Diberitakan sebelumnya, tugu patung stroberi yang berada di bundaran Warunglobak, Kecamatan Katapang, dinilai oleh aktivis pertanian Pacira sudah tidak ada artinya lagi. Bahkan, mereka meminta Pemkab Bandung segera membongkar tugu tersebut. Kondisi ini mengingat para petani stroberi di Pacira merasa termarjinalkan oleh Pemkab Bandung. Bahkan, kondisi para petani kini tengah terpuruk dan sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. (Ziyan)
Sumber :  m.galamedianews.com / 2 Maret 2016

Kamis, 20 Agustus 2015

PROGRAM KEGIATAN UNGGULAN TAHUN 2014 YANG DILAKSANAKAN BIDANG HORTIKULTURA


a.Tahun 2013 dan 2014 melalui kerjasama sister city dengan pemerintah Korea Selatan berupaya mengadopsi benih stroberi yang berasal dari Korea ke Kabupaten Bandung dengan terus melakukan pengembangan kawasan stroberi melalui berbagai fasilitas diantaranya bibit green house dan sarana pengairannya.

b.Terfasilitasi dan terlaksananya pengembangan serta penyediaan benih kentang bermutu, bibit jamur tiram, bibit cabe, bawang merah, tanaman hias serta sayuran dataran rendah.

c.Terfasilitasinya sarana prasarana pengembangan sayuran diantaranya pembangunan sreen house penangkar kentang dan cabe pembangunan kubung jamur sarana irigasi sprinkle serta pengembangan pemanfaatna pekarangan.

d.Terfasilitasinya pengembangan buah-buahan di dataran rendah diantaranya mangga, durian dan jambu kristal serta terfasilitasinya pengembangan buah-buahan dan sarana prasarana lainnya dalam mendukung pengembangan hortikultura ramah lingkungan.

e.Pengembangan dan pembangunan sarana pengairan di lahan kering diantaranya dalah pembangunan embung serta fasilitasi sarana pendukung dudidaya tanaman hias dan buah-buahan (hand sprayer stainless/metal)

f.Pengembangan klinik tanaman hortikultura keliling beserta fasilitasi sarana dan prasarananya

g.Pengembangan kembali dalam upaya menciptakan benih/bibit baru khas lokal diantaranya beberapa komoditi unggulan kabupaten yang dikembangkan sistem penangkarannya melalui kerjasama dengan pihak ketiga yaitu tanaman hias terutama krisan, Tanaman Buah-buahan serta sayuran melalui pengembangan kebun percobaan dengan berbagai sarana prasarana penunjang pengembangan penangkaran dan uji adaptasi tanaman hias di Pasirjambu.

h.Pengembangan fasilitasi sarana unit usaha Rumah Kemasan/Pengadaan Alat-alat Sarana Prasarana Rumah Kemasan serta sarana prasarana gudang penyimpanan bawang.

i.Terfasilitasinya sarana prasarana  penangkaran hortikultura dan SL tanaman Hias, pengembangan buah-buahan di dataran rendah

j.Fasilitasi stimulan dalam rangka penerapan teknologi ramah lingkungan
k.

Rantai Pemasaran Produk Agro Kabupaten Bandung


Rantai pemasaran (tataniaga) produk agro di Kabupaten Bandung cukup bervariasi, mulai dari pola yang sangat sederhana sampai dengan sistem yang sudah cukup modern.  Namun secara umum sejalan dengan makin berkembangnya sektor perdagangan, infrastruktur pendukung, teknologi informasi dan komunikasi, teknologi pengolahanhasil, dsb.  Sistem Pemasaran agro di Kabupaten Bandung sudah mengalami  perkembangan ke arah yang lebih maju dan efisien.


Model Rantai Tataniaga Produk Agro yang Berlangsung di Kabupaten Bandung


GAMBARAN UMUM KOMODITAS HORTIKULTURA KABUPATEN BANDUNG


Jika kita melihat dan membaca ggrafik tentang gambaran komoditas holtikultura di Kab. Bandung tahun 2014 ini adalah ternyata pada komoditi buah-buahan para petani ataupun masyarakt di kabupaten bandung banyak menanam/membudidayakan tanaman pisang (lokal), mangga kemudian alpukat sedangkan pada tanaman hias 2014 ini petani membudidayakan Krisan, Sedap Malam Kemudian Anggrek, serta pada tanaman bio farmaka yang banyak ditanam serta produksinya cukup lumayan adalan Jahe, Kapolaga dan Kunyit.






Sebagaimana dialami oleh daerah lain di Jawa Barat, fenomena klasik yang selalu dialami oleh komoditas hortikultura terutama sayuran di Kabupaten Bandung adalah terjadinya fluktuasi harga yang cukup tinggi.  Kondisi ini sebagian besar disebabkan oleh karakteristik produk sayuran yang perishable serta musiman juga pola tanam yang pada umumnya masih konvensional, sementara pola permintaan konsumsi relatif tetap.

Pola produksi musiman dapat dilihat dari adanya puncak tanam dan puncak panen sepanjang tahun.  Puncak tanam sayuran di Kabupaten Bandung, seperti terlihat pada grafik terjadi pada bulan Februari–Maret dan Oktober-November, ini terjadi karena biasanya masih berlangsung hujan sehingga kebutuhan air bisa tercukupi.



Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bandung membantu memfasilitasi beberapa kelompok tani sayuran dengan sarana irigasi lahan kering berupa irigasi sprinkle dan irigasi tetes juga bibit/benih serta sarana produksi lainnya. Dengan adanya fasilitasi ini diharapkan para petani mampu mengusahakan sayuran secara off-seasson atau pada saat dimana curah hujan kurang mencukupi, mereka tetap mampu melakukan penanaman.

Penanganan masalah kontinuitas dan  fluktuasi harga sayuran juga dilakukan dengan mengembangkan kerjasama usaha antara petani sayur dengan kelompok usaha rumah kemasan, melalui kontrak harga di muka, serta membantu memfasilitasi dengan pengusaha.
Sedangkan dalam mengatasi masalah kualitas, upaya yang telah dilakukan adalah pemberian bimbingan teknis, fasilitasi peralatan pengolahan hasil, dan penerapan standar mutu.

PENGEMBANGAN KAWASAN (KLUSTER) HORTIKULTURA


Hortikultura meliputi aneka sayuran, buah-buahan, tanaman hias serta tanaman obat merupakan komoditas yang juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi serta menjadi komoditas andalan Kab. Bandung serta Jawa Barat.
Daerah sentra produksi komoditas hortikultura di Kabupaten Bandung, terutama sayuran dan tanaman hias, umumnya terdapat di kawasan dataran tinggi yang memiliki jenis tanah andosol yang cukup subur, daerah tersebut meliputi Kecamatan  Pangalengan, Cimenyan, Kertasari, Pacet, Arjasari, Ciwidey, Pasirjambu  dan Rancabali.  Komoditas yang paling banyak diusahakan meliputi; Kentang, Kubis, Wortel, Seledri, Bawang Merah, Cabe (Besar dan Rawit), Bloom Kol, Tomat, Selada, Sosin, Terung, stroberi dan sekarang tanaman hias bunga krisan.
Di beberapa daerah sentra produksi juga sudah diusahakan komoditas-komoditas ekslusif yang umumnya dipasarkan di pasar-pasar swalayan (super market dan hypermarket), komoditas tersebut antara lain; Paprika, Tomat, Cherry, Timun Jepang, Terung, Baby Corn, Kobuca dan Kailan.
Usahatani komoditas sayuran dan buah-buahan di Kabupaten Bandung umumnya sudah dilakukan dengan pendekatan agribisnis. Beberapa petani/kelompok tani sayuran di Kecamatan Ciwidey bahkan sudah mampu menerapkan Good Agriculture Practises (GAP), Good Handling Practises (GHP), dan Good Manufacturing Practises (GMP).  Beberapa di antaranya (Kel.Tani Mekartani Jaya, Pandu Tani, Al-Ittifaq, dan ASB-Farm) pada tahun 2006 telah memperoleh pengakuan tingkat nasional (berupa penghargaan Menteri Pertanian RI) dalam kualitas produk sayuran.
Kondisi tersebut tidak lepas juga dari berbagai fasilitasi yang telah diberikan pemerintah, baik Pemkab. Bandung, Pemprov Jabar, dan Pusat (Deptan), mulai dari Bimbingan Teknologi, Magang ke Jepang, Bantuan Alat Pengolahan Hasil (alat-alat pengolahan, cold storage, gudang, dsb) sampai dengan pemberian stimulan permodalan.

KAWASAN SENTRA KOMODITAS UNGGULAN HORTIKULTURA DI KABUPATEN BANDUNG