PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Bandung dalam hal ini Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Bandung membantah, pihaknya tidak ada upaya penyelamatan kepada para petani stroberi di Kecamatan Pasirjambu, Ciwidey, dan Rancabali (Pacira), yang kini tengah mengalami masa paceklik.
Kepala Distanbunhut Kabupaten Bandung, Tisna Umaran mengatakan, selama ini komunikasi antara pihaknya dengan para petani selalu berlangsung. Bahkan, Distanbunhut berkomitmen bersama dengan para pelaku di bidang pertanian stroberi, untuk tetap menjadikan Kabupaten Bandung sebagai daerah penghasil stroberi. Karena, kalau keterpurukan ini tidak diselamatkan, Pemerintah Daerah (Pemda) pun akan mengalami kerugian.
"Penurunan produksi stroberi ini , karena ada kerusakan sejumlah lahan pertanian stroberi di tiga wilayah itu. Diduga, akibat kejenuhan genetika tanaman serta serangan hama berupa nematoda (cacing), fungi (jamur, bakteri dan virus," ujar Tisna saat ditemui di ruang kerjanya, Kompleks Perkantoran Pemkab Bandung, Soreang, Rabu (2/3/2016).
Menurut Tisna, ini di antaranya disebabkan oleh penggunaan media tanam pohon stroberi yang tidak pernah diganti setelah dipakai bertahun-tahun. Kondisi tersebut, kata dia, menyebabkan kerentanan tanaman stroberi terhadap serangan penyakit atau hama.
"Sejak tahun 80an stroberi mulai ditanam di Pacira. Sejak saat itu, bibitnya terus dikembangbiakan. Dengan cara vegetatif ini, keuntungannya memang adaptasi tanaman lebih baik, tapi kerugiannya bisa saja ada kejenuhan genetik," katanya.
Tisna menuturkan, enam tahun lalu pernah dilaksanakan program kerja sama dengan USAID dan Universitas Padjadjaran (Unpad) untuk mengatasi permasalahan seputar pertanian stroberi dan pengembangan pertanian stroberi di Pacira. Saat itu, potensi pertanian stroberi di Pacira mencapai 420 hektar.
"Kami pun bekerja sama dengan Korea Selatan untuk mendapat bibit baru. Pernah diuji coba, tapi tidak cocok. Anggaran tahun ini ada untuk menyediaan 7.500 bibit pohon stroberi, untuk selanjutnya dikembangkan di seluruh Pacira," terangnya.
Selain mengupayakan pengadaan bibit stroberi baru, untuk mengatasi permasalahan stroberi di Pacira, pihaknya telah meminta Balai Perlindungan Tanaman (BPT) dan Hortikultura Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk turun tangan. Sampel pohon dan media tanam stroberi yang bermasalah pun telah diteliti dan siap diekspose.
"Dalam waktu dekat kami akan mengundang para tokoh pertanian stroberi untuk mendengarkan penjelasan mengenai penyebab rusaknya tanaman stroberi dari hasil penelitian balai. Kemudian akan dikemukakan juga bagaimana solusinya dan kami akan bertemu para petani awal pekan depan," tuturnya.
Berdasarkan data Distanbunhut Kabupaten Bandung, produksi stroberi di Kabupaten Bandung pada 2014 mencapai sebesar 51 ribu ton. Namun, terjadi penurunan cukup signifikan pada 2015, yakni menjadi 27 ribu ton.
"Memang dibutuhkan komunikasi yang kuat antara petani dengan pemerintah untuk meningkatkan produksi stroberi ini. Kami pun dari dulu berusaha terus mempertahankan pertanian stroberi, di antaranya dengan pemurnian benih," katanya.
Diberitakan sebelumnya, tugu patung stroberi yang berada di bundaran Warunglobak, Kecamatan Katapang, dinilai oleh aktivis pertanian Pacira sudah tidak ada artinya lagi. Bahkan, mereka meminta Pemkab Bandung segera membongkar tugu tersebut. Kondisi ini mengingat para petani stroberi di Pacira merasa termarjinalkan oleh Pemkab Bandung. Bahkan, kondisi para petani kini tengah terpuruk dan sama sekali tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah. (Ziyan)
Sumber : m.galamedianews.com / 2 Maret 2016